Cuci Otak (Brainwash) dan Pengaruhnya

Asal Usul Istilah Cuci Otak (Brainwash)

Istilah “cuci otak” (brainwash lahir dalam panasnya peperangan yang tengah berkecamuk. Bukan Perang Dunia kedua, seperti yang kerap orang sangka, melainkan Perang Korea. Konflik ini pecah pada 19.50 ketika Korea Utara didukung rezim Komunis China menginvasi Korea Selatan. Semrika Serikat, pemain utama dalam langkah gabungan ini, segera memerhatikan bahwa suatu keanehan telah terjadi pada pasukan AS yang tertangkap oleh musuh.

Beberapa tentara yang keluar dari kamp tawanan perang jelas-jelas berubah menjadi pengikut komunis. Mereka siap mencela tanah airnya dan menyanyikan lagu-lagu pujaan untuk gaya hidup yang diajarkan Mao.

Memang fenomena tawanan yang dipaksa untuk menyanjung penangkapnya bukan lagi sesuatu yang baru. Namun demikian beberapa dari tentara ini masih meneruskan ketidaksetiaan dan gairah yang aneh ini bahkan setelah lepas dari tangan komunis

Terkesima oleh perilaku para tentara ini dan juga keprihatinan mendalam atas efeknya terhadap semangat juang mereka. AS mulai melakukan investigasi terhadap istilah yang oleh Edward Hunter dari CIA dinamakan sebagai Cuci Otak.

 

Definisi Cuci Otak (Brainwash)

Menurut Oxford English Dictionary, Cuci Otak adalah:

Penghilangan secara sistematis dan seringkali dipaksakan ide-ide yang telah ada dari pikiran seseorang, khususnya ide-ide politik, sehingga bisa digantikan oleh seperangkat ide lainnya. Proses ini dianggap sebagai jenis pengubahan paksa yang dipraktikkan oleh negara-negara totalitarian pada saat terjdi pertentangan politik.

Jadi, cuci otak artinya adalah mengubah sebuah pikiran secara radikal sehingga pemilik pikiran tersebut menjadi ‘boneka hidup’ atau sebuah ‘robot manusia’. Kejahatan tersebut dilakukan tanpa terlihat dari luar. Tujuannya dalah menciptakan sebuah mekanisme dalam daging dan darah. Dengan keyakinan baru dan proses berpikir baru yang diselipkan ke dalam tubuh yang tertawan tersebut. Hal yang menarik disini adalah penelitian terhadap ras budak yang berbeda dengan para budak dimasa yang jauh lebih lampau. Mereka diyakini tidak pernah memberontak selalu patuh terhadap orang lain seperti serangga terhadap nalurinya (Edrward Hunter, Brainwashing).

Tujuan Cuci Otak

Cuci Otak adalah sebuah tindakan yang disengaja yaitu perilaku dengan tujuan tertentu pada pihak si pencuci otak merupakan bagian inti cuci otak. Tujuan tindakan ini mungkin tidaklah buruk. Pencuci otak akan selalu meyakini bahwa korban akan mendapat manfaat dari “edukasi ulang”. Tetapi penilaian bahwa tindakan tersebut jahat tergantung pada perspektif yang digunakan sehingga kebencian bukanlah poin yang paling penting. Intinya, tindakan tersebut memiliki tujuan tertentu dan dilakukan untuk mengubah si korban. Namun demikian, upaya yang ditujukan untuk mengubah pikiran seseorang tidak dengan sendirinya merupakan cuci otak.=

Kekuatan Persuasi

Cuci otak dapat menjadi sesuatu yang intensif, menyakitkan dan mengerikan ketika paksaan digunakan demi melakukan kontrol pikiran.akan tetapi, cuci otak diduga juga berlangsung dalam dua ranah upaya umat manusia yaitu: untuk kepentingan periklanan dan media serta pendidikan. Keduanya sama-sama menginginkan perubahan pikiran walaupun untuk alasan yang berbeda. Dan keduanya juga dianggap meluaskan kekuasaan yang berarti.

 

Periklanan dan Media

Iklan dapat digambarkan sebagai ilmu tentang menahan kecerdasan manusia dalam waktu lama agar bisa menghasilankan uang darinya (Stephen Leacock, The Garden Of Folly “The Perfect Salesman). Bertujuan mengubah keyakinan. Sehingga pengabaian, ketidaksukaan atau ketidaktahuan Anda sebelumnya terhadap Merek X digantikan dengan sikap yang lebih ramah terhadapnya. Idealnya, Anda menyerbu dan membeli barang sesegera mungkin.

Beberapa contoh cuci otak yang diaplikasikan dalam periklanan yaitu:

Prinsip Kelangkaan dan “Bukti Sosial”. Prinsip kelangkaan memanfaatkan naluri kita bahwa jika sesuatu sulit ditemukan maka pastilah benda itu begitu berharga. Karena keberadaannya yang terbatas atau menekankan kelangkaan produk (“Edisi Terbatas”, “Beli Sekarang Sebelum Kehabisan” dan lain-lain).

Prinsip “Bukti Sosial” atau Kesepakatan Sosial. Ketimbang memikirkan sendiri, seringkali kita hanya mengikuti orang banyak. Dengan asumsi apa yang menarik perhatian banyak orang pastilah bagus.

Pendidikan

Kita perlu pendidikan, kita butuh kontrol pikiran (Pink Floyd – The Wall). Pendidikan tentunya berbeda dengan periklanan pada tiga hal penting: perkembangan, struktural dan motivasional. Perkembangan lebih bersifat presentasi ketimbang aktualitas. Pendidikan terutama ditujukan pada anak-anak  sementara periklanan berkonsentrasi pada orang dewasa. Pendidikan setidaknya mengajarkan lebih dari sekadar pengetahuan. Mengajarkan berpikir kritis yaitu kemampuan untuk berhenti sejenak dan berpikir sebelum bertindak, mampu menghindari tekanan emosional.

Cuci Otak (Brainwash) dan Pengaruhnya

Cinta akan kebebasan adalah cinta terhadap sesama, cinta terhadap kekuasaan adalah cinta terhadap diri sendiri (William Hazlitt, Political Essays “The Times Newspaper”). Media masih menggunakan istilah “Cuci Otak” dalam situasi tertentu, misalnya laporan mengenai kultus, untuk menunjukkan aktifitas yang mengancam, gaib atau benar-benar sensasional. Tetapi sebagian besar ahli psikologi mungkin akan mengatakan bahwa cuci otak itu bukan sebuah penjelasan. Jadi, tidak ada proses gaib tertentu yang disebut “cuci otak”. Malah. Istilah tersebut merupakan sebuah proses psikologis sosial tertentu, beberapa proses atau semua yang mungkin akan bekerja ketika “ahli pikiran” diperkerjakan satau atau beberapa orang.

Pentingnya Ingatan

Kemungkinan mengubah ingatan kini menjadi semakin jelas (Elizabeth Loftus, Our Changeable Memories). Tanyakan kepada seseorang, tidak peduli dari mana asal mereka, bagaimana mereka tahu bahwa mereka adalah orang yangsama dengan sosok kemarin, dan jawaban mereka kemungkinan mengacu pada ingatan.

Kita berasumsi memiliki diri yang sama solidnya selama ini karena ingatan akan diri kita dimasa lalu tidak banyak berubah. Kita sangat mengandalkan ingatan dan benar-benar sadarakan kekurangannya. Kadang butuh waktu untuk mencari kunci yang hilang atau kacamat yang sudah bertengger diatas hidung atau mengingat kenalan yang namanya tidak juga muncul dikepala.

Cuci Otak (Brainwash) Berkaitan dengan Mengubah Keyakinan

Kita kembali lagi pada perbedaan cuci otak dengan paksaan dan cuci otak secara diam-diam yang dibahas sebelumnya. Metode diam-diam seperti sebuah iklan untuk serbuk pembersih, mungkin mengubah sedikit keyakinan perifela. Barangkali sedikit memperkuat skema lemah yang berkaitan dengan serbuk pembersih dengan sensasi manfaat yang nyata. Dipihak lain, cuci otak dengan paksaan juga ditakuti karena mengancam skema-skema yang kuat.

Cuci otak berkaitan dengan mengubah keyakinan.oleh karena itu, untuk memahami cuci otak, kita perlu sekali memahami apa itu keyakinan dan mengapa mereka berubah. Cuci otak terasa menakutkan bagi kita karena menawarkan ide bahwa keyakinan terkuat dapat dikacaukan atau bahkan dihancurkan oleh orang lain tanpa keberatan kita.

Kekuatan Berhenti dan Berpikir

Orang yang cukup termotivasi seringkali dapat berhenti dan berpikir sebelum menyerah dengan cara mengingat kembali alasan untuk tidak melakukan atau melakukan sesuatu. Akan tetapi dalam kasus cuci otak tekanan yang diberikan bersifat menyeluruh. Entah bagaiman, seorang pencuci otak harus dapat memotong kontrol diri korbannya. Sehingga mereka tidak lagi bisa berhenti dan berpikir.

Sumber Artikel: Kathleen Taylor, Brainwashing. Ilmu Tentang Pengendalian Pikiran. Penerbit Pustaka Baca, 2010.

 

Sumber Gambar: https://www.badabusiness.com/articles/how-to-save-yourself-from-negative-brainwashing

Baca juga Artikel Sebelumnya : Kenali dan Atasi Self Sabotage Agar Lebih Percaya Diri

 

Leave a Comment